Thursday, February 19, 2009

Takziah yang salah kafrah


Kendatipun ajaran Islam sudah hampir 250 tahun masuk di negeri ini, namun masih banyak umat islam yang salah kafrah dalam melaksanakan takziah atau memperingati hari kematian seseorang, di negeri kita ini sebagai negeri yang paling ahli dalam membuat, menciptakan ibadah baru atau amalan baru yang keluar dari jalur ajaran islam, maka takziah ini pun tidak ketinggalan diintervensi oleh ajaran agama lain, misalnya dalam melaksanakan takziah, ada yang melakukan takziah 7 hari, takziah 40 hari, takziah 100 hari, bahkan ada yang sampai 1000 dan 3000 hari.

Ada tiga metode takziah

Dalam melaksanakan takziah, atau memperingati kematian seseorang oleh keluarga di negeri kita ini tedapat tiga metode atau tiga cara, yaitu melaksanakan takziah 3 hari, kemudian tutup, sama sekali tidak ada upacara peringatan kematian. Adapula yang melaksanakan dengan metode nujuh hari, empat puluh hari, ditutu[ dengan 100 hari. Adapula metode perampingan, melakukan peringatan tiga hari tapi diumumkan sekaligus nujuh hari, metode lain yang lebih dramatis, ada yang memperingati hari kematian sampai 1000 hari bahkan 3000 hari.

Setelah diteliti, ada referensi yang akurat mengenai asal mula terjadinya nujuh hari, empat puluh hari, seratus hari dalam memperingati kematian tersebut. Ini berasal dari ajaran dinasti Hiyang, yang pernah hidup 2000 tahun sebelum masehi di daratan Tiongkok, lalu ajaran ini berkembang ke India, masuk dalam ajaran hindu yang merupakan agama terbesar di India saat itu. Kemudian setelah budha gautama mendirikan agama budha, yang juga berkembang di India, maka ajaran hindu inipun masuk keajaran budha. Kemudian saat agama budha masuk ke Indonesia, jauh sebelum agama islam datang, maka ajaran budha ini pun dipeluk dan dijadikan kepercayaan orang Indonesia pada saat itu, bahkan agama budha pernah berjaya di Indonesia, mendirikan sebuah Perguruan Tinggi Agama Budha di Bukit Siguntang, Mahameru Bukit Besar Palembang. Kejayaan agama budha juga terlihat dengan berdirinya candi borobudur, candi prambanan di Jawa. Dengan demikian kalau sampai hari ini masih ada sisa-sisa ajaran budha di negeri ini,, memang sesuatu yang sangat wajar. Namun harusnya sebagai umat islam yang memiliki aqidah, tauhid dan sudah berilmu, sudah sewajarnya meninggalkan semua sisa-sisa ajaran budha tersebut, termasuk meninggalkan upacara peringatan kematian hari ke 7 – 40 – 100 tersebut dan cukup dengan bertakziah menurut ajaran islam hanya tiga hari.

Amalan dalam takziah

Dalam takziah baik dalam 3 hari maupun 40 hari, ternyata ada pula ciptaan Walisongo, yaitu adanya pembacaan Yasin bersama, baca tahlil dan kirim Al Fatihah, ketiga amaln ini kalau ditinjau dari sariat Islam berbau Bid’ah, karena tidak pernah dicontohkan oleh nabi, para sahabat bahkan para ulama. Nabi pernah menyampaikan sebuah hadis “setiap bid’ah itu sesat, walau menurut manusia baik (HR Bukhori Muslim). Diperkuat lagi dengan hadis lain yang berbunyi “setiap amalan yang tidak ada contoh dari Nabi, amalan itu akan ditolak”, kedua hadis ini sangat berkorelasi dengan isi surat Al Hasyr “ikutilah apa yang datang dari Rasul Ku dan jauhilah apa yang bukan datang dari Rasul Ku”.

Dari hadis dan surat ini jelas manusia apapun jabatannya tidak berhak untuk menciptakan ibadah sendiri, karena yang berhak menetapkan suatu ibadah itu hanyalah Nabi Muhammad SAW, kendatipun orang itu seorang ulama, kiyai, dll.

No comments:

Post a Comment

silahkan masukkan komentar anda